Laman

Senin, 20 Februari 2012

Codex Gigas : Alkitab iblis

Codex gigas atau buku raksasa adalah sebuah manuskrip abad pertengahandengan ukuran terbesar yang masih ada. Buku ini ditulis pada awal abad ke-13 di biara ordo benediktus di podlazice di Bohemia. Saat ini buku tersebut tersimpan di Swedish Royal Library di Stockholm. Dibutuhkan tenaga dua pustakawan untuk mengangkat buku tersebut. Buku ini sering juga disebut “alkitab iblis” karena adanya sebuah ilustrasi ukuran besar bergambar setan didalamnya.


Kodeks tersebut ditaruh disebuah tempat yang terbuat dari kayu, dilapisi dengan kulit dan dihias dengan logam. Tingginya 92 cm, lebarnya 50 cm dan memiliki tebal 22 cm. Pada mulanya, kodeks itu memiliki 320 lembar naskah. Namun 8 lembar darinya dibuang. Tidak diketahui siapa yang membuang 8 lembar tersebut dan untuk tujuan apa. Ada dugaan 8 lembar yang dibuang kemungkinan berisi aturan-aturan biara ordo benediktus. Berat kodeks tersebut hampir mencapai 75 kg. Lembaran yang digunakan untuk menulis kodeks ini adalah kulit yang berasal dari 160 ekor anak sapi.

Biara tempat kodeks ini dibuat dihancurkan pada abad ke-15. Catatan yang ada pada kodeks menunjukkan bahwa pembuatan kodeks tersebut adalah sekitar tahun 1229 M. Setelah penulisannya, kodeks ini kemudian dipindahkan ke Biara Cistercians Sedlec dan akhirnya dibeli oleh Biara benediktus di Byoevnov. Dari tahun 1477-1593, kodeks ini disimpan di perpustakaan di Broumov sampai akhirnya dibawa ke Praha pada tahun 1594 untuk menjadi bagian dari koleksi Rudolf II. Pada tanggal 24 September 2007, Codex gigas dibawa kembali ke Praha setelah 359 tahun.

Isi dari kodeks ini adalah “a sum of the Benedictine order’s knowledge”, “The War of the jews” tulisan Josephus, daftar para orang kudus, metode untuk menentukan tanggal perayaan paskah, seluruh alkitab bahasa latin pre-vulgate, Isidore of Seville’s encyclopedia Etymologiae, Cosmas of Prague’s Chronicle of Bohemia, berbagai macam traktat (dari sejarah, etimologi dan fisiologi), sebuah kalender dengan nekrologium, daftar nama para biarawan di biara Podlaice, formula-formula ajaib dan catatan-catatan lain.


Seluruh isi kodeks ini ditulis dalam bahasa latin. Manuskrip ini juga dihiasi dengan warna-warna seperti merah, biru, kuning, hijau dan emas. Seluruh huruf besar diberi warna yang mencolok. Yang luar biasa adalah keseluruhan isi kodeks ini ditulis dengan relevansi yang luar biasa antar halaman. Yang berarti bahwa buku ini ditulis oleh satu orang dengan pikiran yang berkesinambungan. Hal ini membuat banyak ahli percaya bahwa keseluruhan kodeks ini ditulis dalam waktu yang sangat singkat.

Pada halaman 290, terdapat sebuah gambar Iblis dengan tinggi sekitar 50 cm. Beberapa halaman sebelum gambar ini ditulis pada lembaran kulit yang menghitam dan dibuat dengan karakter yang gelap, yang membuatnya berbeda dengan keseluruhan isi kodeks.


Menurut Legenda, penulis kodeks itu adalah seorang biarawan yang melanggar aturan biara dan dihukum dengan diikat di dinding dalam posisi berdiri seumur hidup. Biarawan ini memohon ampunan dari penghukuman yang luar biasa kejam itu. Sebagai gantinya ia berjanji untuk membuat sebuah buku yang akan memuliakan biara dan pengetahuan umat manusia selamanya, dan ia berjanji menyelesaikannya hanya dalam satu malam. Menjelang tengah malam, biarawan itu menjadi ragu apakah ia dapat menyelesaikannya sendiri. Jadi ia menjual jiwanya kepada iblis demi sebuah pertolongan. Iblis kemudian menyelesaikan manuskrip tersebut. Sebagai penghormatan kepada iblis yang membantunya, biarawan itu menambahkan gambar iblis ke dalam kodeks tersebut. Walaupun adanya legenda yang melibatkan iblis, pada zaman inkuisisi, kodeks ini tetap disimpan oleh biara dan dipelajari oleh banyak cendikiawan sampai hari ini.


Kue Pengantin Tertua di Dunia

Dalam sejumlah tradisi di mancanegara, tak lengkap rasanya pernikahan tanpa kue pengantin besar. Sebagai ikon perayaan besar, kue pengantin lumrahnya habis dimakan atau dibagikan pada kerabat dan keluarga besar.

Namun, ada yang berbeda dari kue pengantin ini. Meski warnanya tidak lagi putih seperti kebanyakan kue pengantin, desainnya masih terlihat cantik lengkap dengan hiasan bunga. Hanya, muncul retakan di beberapa bagian.


Jangan bayangkan kenikmatan rasa manis yang muncul ketika Anda melumat kue pengantin ini. Kue pengantin ini sudah tidak layak dimakan, mengingat usianya yang sudah 113 tahun. Bahkan, dinobatkan sebagai kue pengantin tertua yang masih utuh.

Dibuat pada 1898, Ketika itu mereka mendapat pesanan kue pengantin dari sebuah keluarga bangsawan. Mereka pun membuat kue pengantin dengan lapisan gula dibagian luarnya, dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang mirip dengan perhiasan ratu Victoria, lengkap dengan bunga-bunga plastik yang kini telah berubah warna menjadi agak kecoklatan termakan waktu.

Namun karena satu alasan kue tersebut tidak jadi diambil, dan oleh keluarga diputuskan untuk menyimpannya sebagai contoh atau sample untuk pemesanan berikutnya, dan dipajang di jendela toko. Toko ini merupakan milik keluarga dan dijaga secara turun temurun. itulah kue pernikahan tertua dunia. Memakai konsep kebun anggur, kue pernikahan yang penuh dengan ornamen buah-buahan itu masih terlihat basah seperti kue baru.


Gula yang melapisi telah berubah warna menjadi coklat karena dimakan usia. Meski demikian, dikatakan bahwa bagian dalam kue ini masih lembab.

Awalnya, kue pengantin ini dipajang di jendela toko roti keluarga di Basingstoke, Hampshire, yang sudah tutup sejak 1964. Meski toko roti ini sudah tidak lagi berjualan, pemilikinya memutuskan untuk menyimpan kue tersebut di atas loteng.

Sebelum akhirnya disumbangkan ke Museum Willis di Basingstoke, kue tersebut tersimpan di loteng selama hampir satu abad.

"Kue ini telah disimpan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Suhu panas dan lembab di loteng menyebabkan gula meresap ke dalam dan menyebabkan warna yang lebih gelap," ujar kurator museum Sue Tapliss, dikutip Daily Mail.

Lucunya, menurut sang kurator, putri tukang roti yang ternyata belum menikah, di usia yang sudah lanjut memutuskan untuk menyumbangkan kue menjelang hidupnya. Alasannya, ia takut ada seseorang yang menemukannya di loteng dan berpikir ia telah dicampakkan di altar.

Namun, memindahkan kue pengantin tertua ini bukan perkara mudah. Meski akhirnya, kue tersebut berhasil dipindahkan dari loteng ke museum, lalu diawetkan dengan menyimpannya di dalam kotak gel silika untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.